Rabu, April 18, 2012

Bukan Kado Valentine, Kak...

           Suatu hari di tengah hujan yang sangat deras, ada seorang gadis berparas jelita yang tampak sedang berjalan dengan terburu-buru. Tampaknya ia sedang berusaha mengejar sesuatu, sampai-sampai ia tak menyadari bahwa banyak kendaraan yang sedang berlalu-lalang di sekitarnya. Saat ia berusaha untuk menyebrang jalan, ia tidak tahu bahwa ada bus yang sedang melaju cepat. Terdengar suara berisik dari klakson bus itu. Tiba-tiba saja ada yang menarik tangan gadis itu untuk menepi ke pinggir jalan.
            “Zahra! Apa yang sedang kamu lakukan? Kamu bisa membahayakan nyawamu!”
            “Maaf Kak Fikri, aku tadi hanya ingin mencoba menyelamatkan anak kucing yang berada di tengah jalan itu!” ujar Zahra kepada kakak kelasnya.
            “Benarkah? Sungguh mulia hatimu. Tapi sekarang anak kucing itu sudah pergi untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Sekarang keadaanmu basah kuyup, kamu harus segera pulang!” kata kak Fikri.
            Namun, Zahra hanya bisa diam. Ia tampak seperti orang linglung. Ia bingung akan pulang naik apa. Naik kendaraan umum pun sepertinya sudah tidak bisa karena hari sudah terlalu sore.
            “Aku akan mengantarkanmu pulang. Naiklah ke motorku!” kata Kak Fikri seakan bisa membaca fikiran Zahra.
            “Kak tidak perlu repot-repot! Aku bisa pulang sendiri, kok.” Kata Zahra tak enak hati kepada kak Fikri.
            “kamu mau pulang naik apa? Sudah tidak ada kendaraan umum lagi. Ayo, cepatlah!”
            “Baiklah kak.” Dengan sedikit ragu-ragu, akhirnya Zahra pun membonceng kak Fikri.
            “Terimakasih kak sudah mau repot-repot mengantarkanku pulang. Dan terimakasih juga tadi kakak sudah mau menolongku untuk menepi ke pinggir jalan, kalau seandainya tadi tidak ada kakak, pasti aku sudah tertabrak. Sekali lagi terimakasih, dan maaf aku  sudah merepotkan kakak.” Kata Zahra setulus hati.
            “Tak apa Zahra. Aku senang bisa menolongmu,” kata kak Fikri.
***
            Keesokan harinya di sekolah Zahra masih memikirkan kejadian kemarin sore. Sungguh, Kak Fikri adalah seseorang yang benar-benar baik. Dia tampan, akademisnya tak diragukan lagi, serta dia juga pintar agama. Ia adalah ketua ROHIS (kerohanian Islam) di sekolahnya. Banyak anak perempuan yang naksir sama Kak Fikri, tapi ia tak pernah menanggapi anak-anak perempuan itu karena ia benar-benar sangat menjaga hijab.
            Siang ini Zahra melihat Kak Fikri di mushola. Memang, kelas Zahra berdekatan dengan mushola, kelas X 1, jadi ia bisa melihat siapa saja yang datang ke mushola. Mereka sempat bertemu pandang, tetapi sepertinya Kak Fikri tidak terlalu memikirkannya, atau bahkan sudah melupakan kejadian kemarin sore. Sekali lagi Zahra menjadi tak enak hati, akhirnya Zahra memutuskan untuk membuatkan sesuatu untuk Kak Fikri, sebagai tanda terimakasihnya kemarin sore.
            Setelah berfikir keras, akhirnya Zahra memutuskan untuk membuat sebuah  rajutan untuk kak Fikri.
            “Kira-kira rajutan apa ya yang cocok untuk kak Fikri?” gumam Zahra sambil berjalan menuju gerbang sekolah karena sudah waktunya pulang sekolah.
            “Bagaimana kalau kamu buatkan dia sweater saja?” kata Farra tiba-tiba saja yang membuat Zahra terlonjak kaget.
            “Farraa.. kamu mengagetkanku saja!” kata Zahra.
            “Hayoo.... mau bikin rajutan buat siapa nih?? Cie cie..” goda Farra.
            “Bukan buat siapa-siapa kok!” kata zahra mencoba menutup-nutupi.
            “Hm.. coba aku tebak, pasti kak Fikri yaa??”
            “Ih.. apa-apaan sih..! nggak kok!” elak Zahra tapi malah semakin memperjelas kenyataan.
            “Ngaku aja, Ra. Nggak apa-apa kok! Nggak akan aku bilangin ke dia, santai saja. Mungkin aku juga bisa membantumu?” pinta Farra.
            “Beneran nih kamu mau bantu aku?” tanya Zahra tak percaya.
            “Iya Zahra. Sekarang, apa yang pertama perlu kita lakukan?” tanya Farra dengan semangat 45-nya.
            Oke, sekarang kita pergi ke toko peralatan menjahit. Kita perlu membeli bahan-bahannya terlebih dahulu.” Kata Zahra.
            “Oke, ayo kita berangkat!” teriak Farra.
            Akhirnya mereka sampai ke toko peralatan menjahit. Dengan bersemangat, mereka memilih-milih bahan-bahan yang akan mereka beli. ada hakpen, aneka jenis benang, mulai dari benang wol sampai benang katun, serta pernak-pernik lainnya.
            Akhirnya setelah berpusing-pusing ria di toko itu, mereka mendapatkan yang mereka cari. Segera setelah itu, mereka langsung melesat menuju rumah Zahra.
            “Hmm... akhirnya sampai juga.” kata Farra.
            “Oke, kita langsung bikin hari ini aja yuk? Biar cepat selesai!”
            “Ah.. Zahra, kamu nggak capek, apa? Istirahar aja dulu.” Keluh Farra yang sedang meregangkan tubuhnya di tempat tidur Zahra yang empuk.
            “Kalau begitu, kamu istirahat saja dulu, aku ingin langsung mengerjakan ini.” kata Zahra yang sedang duduk di lantai dekat tempat tidurnya. Ia sudah membongkar isi belanjaannya tadi, sehingga kamarnya kini sudah berantakan penuh dengan benang-benang yang berserakan.
            Akhirnya Zahra tetap mengerjakan rajutan itu sendirian, karena ternyata Farra juga tidak bisa merajut. Alhasil, ia merajut siang dan malam, sampai-sampai matanya benar-benar pegal dan tangannya juga hampir kapalan. Namun, ia tak pernah mengeluh, sekalipun ia hampir putus asa, ia selalu membayangkan betapa senangnya wajah kak Fikri saat menerima pemberiannya nanti.
***
            Hari ke tujuh sejak Zahra mengerjakan rajutan itu, akhirnya hampir selesai juga. hanya tinggal mengeceknya lagi serta membungkusya, maka sweater warna tosca itu siap untuk diberikan kepada kak Fikri.
            “Hm... akhirnya rajutan ini selesai juga. semoga kak Fikri suka dengan sweater hasil rajutanku.” Gumam Zahra sambil memandangi kotak yang terbungkus kertas kado warna senada dengan sweater itu. Karena gembiranya, Zahra sampai-sampai tidak memandangi arahnya berjalan. Dan tiba-tiba “braakk..” Zahra menabrak seseorang. Hampir saja Zahra ingin meneriaki orang yang menabraknya tadi saat kemudian ia tahu siapa yang menabraknya tadi.
            “Zahra? Kamu ini kenapa setiap berjalan sealu tidak pernah berhati-hati?” kata kak Fikri yang saat itu memakai seragam Olahraga. Mungkin ia sedang pelajaran Olahrahga. Ia terlihat sangat keren jika sedang memakai kaos Olahraga.
            “Ah... maafkan aku Kak! Aku memang benar-benar ceroboh!” kata Zahra sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
            “Oke, lain kali jangan diulang lagi ya! Aku benar-benar akan memukulmu jika kamu ulangi untuk yang ketiga kalinya.” Kata Kak Fikri.
            “Ah.. baiklah Kak. Oya Kak! Tunggu sebentar! Aku punya sesuatu untukmu!” kata Zahra.
            “Apa Zahra?” tanya Kak Fikri penasaran.
            “Ini!” kata Zahra sambil mengulurkan kotak kado itu.
            “Ah.. maaf sebelumnya Zahra, sebelumnya terimakasih kamu memberiku ini, dan akan lebih baik jika kamu memberikan ini kepada orang lain. kamu pasti memberiku ini dalam rangka Hari Valentine, kan? Maaf sebelumnya, tapi sebenarnya di dalam umat Islam, kita tidak diperbolehkan merayakan hal-hal semacam ini. itu musyrik namanya. Maaf Zahra. Sebaiknya kau simpan saja kado itu. Aku pergi dulu! Asssalamualaikum!” kata Kak Fikri sembari berlalu pergi menuju teman-temannya yang juga masih mengenakan kaos Olahraga, dan meninggalkan Zahra yang mulai menitikan air mata sendirian di tengah-tengah lapangan basket.
            “Bodoh. Dasar Zahra bodoh! Kenapa aku tak ingat bahwa hari ini adalah Hari Valentine? Pasti Kak Fikri telah salah paham! Ah..! kenapa jadi seperti ini? bukan ini yang aku harapkan!” gerutu Zahra pada dirinya sendiri.
***
Sekarang Zahra sudah kelas XI dan Kak Fikri kelas XII. Hari demi hari berlalu dengan sangat membosankan. Kini Zahra dan Kak Fikri sudah tidak saling sapa lagi. Bahkan mereka sudah seperti orang asing. Bertemu pun jarang. Mungkin karena Kak Fikri ingin berkonsentrasi dengan Ujian Nasional yang tinggal menghitung hari.
Hingga akhirnya, hari pengumuman tiba. Kak Fikri lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Zahra ikut berbahagia atas hal itu. Tetapi, sejak kejadian itu, masih ada hal yang ingin zahra katakan kepada Kak Fikri. Zahra masih ingin meralat semua kesalah pahaman ini.
***
Suatu hari, sepulang dari acara perpisahan sekolah, Kak Fikri sedang membersihkan lokernya. Ia menemukan sebuah kotak terbungkus kertas kado yang sama seperti yang pernah dibawa Zahra. Awalnya Kak Fikri ragu, namun akhirnya ia mengambil kotak tersebut. Saat ia akan mengangkat kotak itu, tiba-tiba saja selembar kertas yang diselipkan di pita kado itu melayang jatuh. Kontan Kak Fikri memungutnya dan kemudian membaca tulisan yang ada di dalamnya.

Semarang,  4 Juni 2011

Untuk Kak Fikri,
Assalamualaikum....
Hai Kak! Selamat ya sudah lulus dengan nilai yang memuaskan. Aku turut bangga padamu. Mm.. sudah lama aku tidak berbicara denganmu. Sejak kejadian itu.
Sebenarnya aku tidak ingin bertele-tele. Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu padamu. Saat itu, aku kira Kakak salah paham denganku. Soal kado itu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk memberi kado Valentine buat Kakak. Bahkan, aku sendiri tidak ingat bahwa hari itu adalah Hari Valentine.
Pasti Kakak bingung kenapa aku memberi kakak kado itu, kan?
Kak, ingat nggak waktu sore hari, ada seorang gadis ceroboh yang rela berhujan-hujanan demi menyelamatkan anak kucing di tengah jalan tanpa memperhatikan padatnya lalu lintas saat itu? Yang ternyata perbuatan gadis itu hanyalah akan membahayakan nyawanya sendiri? Karena itu Kak.
Karena pada saat itu ada seseorang yang menyelamatkanku. Seseorang yang peduli denganku. Tanpa seseorang itu, sekarang pasti aku sudah tidak disini. Dan karena orang itulah aku memberikan ini. kaulah orang itu.  Terimakasih Kak.
Oiya, dan apakah kakak tahu? Aku membuatkan kakak kado ini siang dan malam, sampai sampai mataku terasa pegal, dan tanganku juga hampir kapalan. Ah.. demi kakak, bagiku tak masalah. Sampai jumpa suatu saat nanti, Kak!
Wassalamualaikum!

Salam,
Az-Zahra Nalla Dewi

Selesai membaca surat itu, Kak Fikri hanya bisa terdiam. Ia benar-benar menyesal terhadap kata-katanya waktu itu. Ia merasa sangat bersalah kepada Zahra. Ia sudah mengecewakan Zahra. Ia merasa benar-benar telah mengecewakannya.
Kak Fikri kemudian membuka kotak kado tersebut. Dam mendapati sepuh sweater berwarna tosca di dalamnya. Kak Fikri hanya bisa tersenyum simpul, dan berjanji dalam hati bahwa ia tak akan mengecewakan orang-orang, terutama Zahra.
***
Sepuluh tahun kemudian,
Zahra sedang duduk-duduk di taman kota untuk mencari inspirasi. Setelah lulus SMA, Zahra memutuskan untuk menjadi seorang novelis. Cita-citanya sejak dulu.
Saat Zahra memandang sekitar, tampak di kejauhan, Zahra seperti melihat sesosok yang dikenalnya. Orang itu sedang memotret sesuatu. Orang itu masih memiliki raut muka yang sama. Wajah tampan, tubuh tegap, dan sebuah sweater. Ya! Tidak salah lagi itu adalah sweater yang pernah Zahra berikan kepada Kak Fikri.
“Benarkah itu Kak Fikri?” gumam Zahra tak percaya.
Kemudian laki-laki itu datang menghampiri Zahra.
“Bolehkah saya duduk disini?” tanya orang itu sambil menunjuk bangku kosong yang berada di sebelah Zahra.
“Ss..si.. silakan.” Jawab Zahra ragu-ragu.
“Apa kabar, Zahra? Lama tidak berjumpa ya?” kata Kak Fikri.
“Mm... ya. Kakak masih tidak berubah.” Kata Zahra
“Kau juga. tak banyak berubah. Dan, sweater ini? apa kau masih ingat?”
“Tentu saja! Aku membuatnya berhari-hari sampai pegal-pegal semua badanku! Aku tak menyangka Kakak benar-benar akan memakainya. Mm... jadi, kakak sudah membaca suratku waktu itu?”
“Ya Zahra. Aku akhirnya tahu yang sebenarnya. Maaf aku telah mengecewakanmu waktu itu.”
“Tidak apa-apa Kak, itu sudah masa lalu.”
 “Aku sungguh-sungguh menyesal. Sejak saat itu, aku berjanji tidak akan mengecewakan siapapun, termasuk kamu.”
“Terimakasih, Kak. Aku benar-benar menyayangimu. Lebih dari sekedar kakak-adik.”
“Aku pun juga, Zahra. Maka, aku harap kamu mau menerima ini.” kata Kak Fikri sambil mengulurkan sebuah cincin dari bunga liar yang ia rangkai sendiri.
Zahra menerimanya dengan hati yang bahagia. Sebahagia perasaan Kak Fikri. Dan sebahagia bunga-bunga yang bermekaran di taman itu.



--THE END--


Selasa, April 17, 2012

Riset Riset dan Riset

hm,,, hari ini aku dan dua orang temanku, yaitu Nana dan Sari sedang melakukan sebuah penelitian untuk mengikuti sebuah lomba karya ilmiah. 
deadline-nya yaitu besok tanggal 20 april!!! makanya kami sedang sibuk mencari ide-ide. 
sasaran kami sih ingin membuat pewarna alami untuk kain batik. karena di sekolah kami juga ada pelajaran membatik.
nah, hari ini kami telah mencoba untuk membuat pewarna dari daun pacar air dan tomat. 
dan,,,, hasilnya,, sepertinya kami kurang beruntung....... airnya memang berwarna, tetapi sepertinya kami tidak berhasil mengambil ekstraknya.
nah, besok kami ingin mencoba untuk membuat ekstrak dari bunga bougenville. dan semoga percobaan kedua kami ini berhasil. amin ya Allah. 
dan untuk teman-teman yang punya ilmu lebih, tolong beri saran-saran untuk kami yaaakk!!! deadline kami tanggal 20 April. untuk itu kami mohon bantuannya.... 
terimakasiiihhh... ^^

Minggu, April 15, 2012

Kunjungan Ilmiah ; Pabrik Kecap Udang Purwodadi

hallo kawan-kawan semua....!! udah lama niy aku nggak posting artikell...
nah,,, maka dari itu, aku pengen mem-posting sesuatu... 
pada tanggal 15 April 2012, aku habis ada kegiatan di sekolahku.. yaitu Kunjungan Ilmiah KIR (Kelompok Ilmiah Remaja)...... 
acara ini dipanitiai oleh anak-anak kelas XI, sedangkan pesertanya yaitu anak-anak kelas X. 
secara ringkas, kegiatan ini yaitu dengan mengunjungi pabrik-pabrik lokal yang ada di daerah Purwodadi. 
di Purwodadi itu ternyata ada banyak sekali pabrik-pabrik lokal/wirausaha yang ternyata sangat berpotensi. diantaranya yang kita kunjungi yaitu ada pabrik garam, pabrik susu, pabrik roti, pabrik kecap udang, PDAM, dan masih banyak lagi. 
langsung saja, karena kunjungan ini dibagi dalam beberapa kelompok, maka tiap orang hanya pada satu objek saja. dan, saya kebagian untuk menjadi pengampu kelompok kunjungan ilmiah yang ke pabrik kecap udang. 
sebelumnya maaf yaa untuk teman-teman saya yang mengunjungi objek lain jika tidak saya ikutkan di postingan ini, karena saya hanya meliput satu tempat saja,,, hehe
oke,, tempat ini tidak terlalu jauh dari sekolahan, hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit saja untuk sampai ke lokasi dengan mengendarai sepeda motor.

sesampai di sana, kami langsung menuju ke lokasi pembuatannya. disana kami disambut dengan dua orang ibu-ibu yang sedang sibuk bekerja. dengan sabar, beliau menjelaskan secara jelas cara-cara dan urutan membuat kecap. 
untuk membuatnya, terlebih dahulu kedelai dikeringkan dan disimpan dalam ruang tertutup. setelah itu kedelai dicampur dengan garam untuk mendapatkan rasa gurih. setelah itu kedelai dimasak dengan airserta juga ditambah dengan gula merah, dengan perbandingan kira-kira 60 kg gula merah dengan 50 liter campuran kedelai. pembuatan kecap ini melalui dua tahap penyaringan. penyaringan pertama yaitu untuk memisahkan cairan dengan ampasnya,, nah, disini yang diambil yaitu cairannya, sedangkan ampasnya dijadikan makanan/minuman sapi. nah, untuk penyaringan kedua, cairannya diambil, dan kemudian dicampur dengan udang, sehingga jadilah kecap udang. sedangkan ampas dari penyaringan kedua ini diproses lagi untik dijadikan kecap dengan kualitas yang sedikit dibawah kecap udang. bedanya kecap ini tidak memakai udang. 
setelah semua proses diselesaikan, kecap siap dimasukan kedalam kemasan botol-botol dan kemudian diberi label milik pabrik mereka. setelah selesai, kecap siap didistribusikan ke masyarakat luas. dan mungkin salah satu kecap disini adalah kecap yang ada di rumah kalian.. ^^
semoga kegiatan seperti ini dapat memberi manfaat bagi kita semua untuk terus mrngembangkan fikiran maju , keatif, inovatif serta solutif!!! :D
~~salam KIR SMA Negeri 1 Purwodadi ^^~~
uke deh, dibawah ini adalah beberapa foto yang berhasil kami abadikan,,,,, selamat menikmatii!! :D 


gambar di atas yaitu adalah kedelai yang sedang diberi garam

gambar diatas adalah gambar maasakan kedelai yang sedang ditambahkan gula merah


kedelai setelah dimasak dan ditambahkan gula merah

sisa penyaringan kedua, digunakan sebagai kecap kualitas dibawah kecap udang

adik-adik kelas X sedang mencicipi kecap yang telaah jadi

hey,,, itu saya! itu saya! haha

ibu'nya lagi nyuci botol niy.. lucu yaa pake dibungkus sama plastik gitu... hehe

aku dan teman-temanku, promosi kecap udang niy.... hahaha

giliran kelas X nya dunk yg eksis... siapa mau beli?? ayoayoayo

hm.... ini nih yg ditempel di botol.... 

adik-adikkelas X berfoto bersama ibu-ibu pembuat kecap udang....